Pengangguran - Stigma Masyarakat

Pengangguran - Stigma Masyarakat

Pengangguran merupakan suatu golongan manusia dalam masyarakat yang merupakan beban bahkan bagi ekonomi negara. Begitu katanya.
Benarkah demikian ?



Dalam artikel saya sebelumnya Mengenai Menebus Mimpi pun saya sedikit tuliskan bahwa saya sempat bekerja di tahun 2010 dengan gaji 300 ribu/sebulan. betul. Dan sebetulnya adalah gaji total dalam sebulan 600 ribu dan setiap hari dibayar 10rb untuk uang rokok atau jajan. 
Dan saya hanya bertahan selama satu tahun dan menganggur setelah itu. 
Hingga sekarang.

Pengangguran secara harfiah merupakan orang yang tidak memiliki pekerjaan atau dalam masa mencari pekerjaan atau tidak mencari pekerjaan sama sekali dengan berbagai macam sebab salah satunya adalah jumlah angkatan kerja (15-65 tahun) lebih banyak dari lapangan kerja yang ada.
Lantas kemudian apa pikiran masyarakat terkait makhluk jenis ini ?

Penyebab Masalah Ekonomi


Kita harus sadar bahwa kita hidup di negara indonesia, negara yang tidak maju dan berpikir tidak maju dan pula korban jajahan selama ratusan tahun. Disaat negara lain sudah sampai ke luar angkasa, Indonesia masih di debat agama. Begitu mundurnya mental bangsa ini memang.

Terkait pengangguran, makhluk jenis ini sudah ada dari jaman purba (mungkin) dimana ada salah seorang di dalam kelompok yang enggan melakukan sesuatu dan cenderung hanya jadi beban. Dan hal itu yang kemudian disematkan kepada orang yang tidak bekerja (secara harfiah) atau tergabung dalam satu institusi atau apapun itu namanya. 

Penyebab Tindak Kejahatan

Banyak pula kasus orang yang tidak memilki pekerjaan kemudian turun ke jalan untuk melakukan tindak kriminal dengan cara malak, begal , nodong ataupun ngerampok. Yang sembunyi sembunyi disebut maling.

Banyak sekali kasus yang melibatkan pengangguran sehingga status menganggur cenderung menjadi momok yang mengerikan bagi masyarakat Indonesia.

Dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang disematkan kepada orang-orang yang memilih untuk tidak bekerja (secara normal/wajar) atau apalah silahkan sesuaikan dengan sebutan anda.

Lanjut, mari kita bahas satu satu point diatas.

Pengangguran penyebab masalah Ekonomi ?

Dalam tangkapan layar diatas disebut bahwa dengan menganggur maka produktivitas berkurang dan akibatnya daya beli rendah hingga menjadikan penyebab kemiskinan. 

Sebenarnya pengangguran itu banyak jenisnya jika dilihat dari sudut pandang dunia kerja. Namun saya tidak akan membahasnya disini melainkan lebih ke arah jenis gaya hidup.
Tapi sebelumnya kita harus tahu bahwa ada 3 type gaya hidup manusia yakni Pengusaha, Pekerja dan Pengangguran.

Ketiga type ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai dengan nilainya, bukan dilihat dari pandangan masyarakat.

Sekarang tanyakan pada diri anda, dari tiga type diatas, type yang manakah anda ?

Namun dalam tulisan ini saya tidak akan membahas type yang pertama, melainkan dua type yang seolah menjadi musuh bebuyutan di dalam kehidupan sosial masyarakat yakni pekerja dan pengangguran.

Apa penyebab Pengangguran ?

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang menganggur, misalnya tidak punya skill, pendidikan rendah , tidak punya malu sampai tidak punya otak. 
Dan dasar penyebab yang berbeda itu tentu akan menghasilkan gaya menganggur yang berbeda pula, ada yang cuma bengong dan ngayal, ada yang turun ke jalan gangguin orang lewat dan ada yang jadi gila bahkan bunuh diri.
Dan pengangguran tidak selalu identik dengan pendidikan rendah ya, banyak sarjana yang kelamaan menganggur sampai kehilangan otaknya dan bunuh diri.

Lalu apakah Pengangguran beban Ekonomi ?
Dengan hanya tidak produktif kemudian daya beli rendah, beban ekonominya dimana ya ? Beda kasus sama negara tetangga yang menjamin kehidupan para pengangguran dengan memberikan tunjangan selama nganggur hingga ia bekerja hingga 8 juta perbulan. Tidak hanya jadi beban negara, itu juga jadi beban para pekerja. 
Saya pernah diceritain salah satu teman saya yang tinggal di negri tetangga dimana ia harus rela gaji bulanannya dipotong sekian persen hanya untuk membayar pengangguran. 
Di Indonesia apakah pengangguran dibayar ? 
Saya pengangguran tapi bayar pajak malah. Kalau gak bayar kena denda. 

Pengangguran Sumber Kriminal ?

Tidak benar sama sekali. Kasus kriminal yang saya singgung diatas sudah jelas apa saja. Dan hal itu dilakukan oleh siapa saja bahkan yang kerjaanya sudah dengan posisi mentereng. Misal saja korupsi.
Justru ini dilakukan oleh orang yang bekerja, sudah maling bahkan ngerampok dan tentu saja merugikan ekonomi negara bahkan hingga nilai moral sebauh bangsa.
Kalau pengangguran mana bisa korupsi uang negara toh ? 

Pelaku tindak kriminal bisa siapa saja, tidak hanya pengangguran yang melakukannya dan motif nya pun beraneka ragam sesuai dengan tindak kejahatannya. Jadi tidak usah dikaitkan.

Kenapa orang memilih menganggur ?
Ini tentu saja relatif, ada yang memang terpaksa dan ada pula yang memang memilih. Kenapa ?

Sekarang kita bandingkan dengan musuh bebuyutannya yakni pekerja.
Seorang pekerja adalah orang yang waktunya dibeli secara teknis 8 jam sehari belum termasuk lembur. Yang aslinya waktunya dibeli 24 jam dalam sehari bahkan 24/7.
Seorang pekerja, sepulang kerja pun biasanya masih bawa kerjaan ke rumah, bawa masalah kerjaan menjadi biang keributan di rumah, sudah pulang kerja di telpon untuk bantuin di tempat kerja. Dan sudah harus datang jika tidak ingin kena sanksi. 
Keuntungannya ? Portfolio, selain itu tidak ada.
Karena jumlah pendapatan dibanding waktu yang dijual tidak sepadan. Ini yang sering kali terjadi, meskipun tidak sedikit juga pekerja yang mendapatkan nilai upah yang besar dengan jam kerja yang sedikit, tapi jarang sekali. Modalnya pun tidak sedikit.

Sementara menganggur ? Full time waktu milik sendiri. Keuntungannya, banyak waktu untuk menemukan gagasan dan merencanakan sesuatu. 

Menganggur adalah Kutukan Nasib ?

Pola pikir yang seperti ini masih berkembang di tengah masyarakat Indonesia yang masih banyak berpikir mundur. Dimana setiap orang harus memiliki pekerjaan dengan cara mencari, melamar kerja dan mendapatkannya sampai kemudian mapan. Itu yang sering sekali direncanakan oleh kebanyakan masyarakat. Bahkan orng tua saya pun demikian mungkin 10  tahun yang lalu, tpi sekarang tidak lagi.
Dan jika tidak bekerja entah karena apapun, maka itu merupakan hal yang tidak baik. Bahkan mungkin jika sudah terlalu lama tidak juga bekerja, maka ia sudah terkutuk.
Pertanyaan saya adalah selama menganggur itu ngapain ??? Kenapa malah sampai akhirnya bunuh diri ?
Masa iya gak mikir sama sekali. Isi kepalanya hanya cari kerja cari kerja tanpa pernah berpikir untuk melakukan apapun ?


Sadar Woy Sadar !

Saya sudah sangat heran dan cukup muak. Di jaman sekarang, orang masih sibuk nyari kerjaan dengan modal ijazah kesana kemari dan bunuh diri ketika tidak juga diterima. Ini jaman apakah ? Kolonial ?
Minta lapangan pekerjaan diperluas diperbanyak ke pemerintah segala macam. Kenapa tidak berpikir untuk membantu pemerintah memperbanyak lapangan pekerjaan ? Setidaknya kalau tidak, ya mikir untuk melakukan apa yang bisa menjadi kerjaan sendiri dan mendapat penghasilan dari situ ?

Sekarang jaman digital, dimana dunia sekarang sudah menjadi paralel dengan banyak segmentasi. Gampangnya ada dua segmen besar yakni dunia reality dan virtual. Dan keduanya hidup. Istilahnya sekarang ini bumi kita sudah jadi dua, yang artinya peluang kita pun jadi doble. Penduduk bumi yang berjumlah 7 Milyar sekarang sudah jadi 14 Milyar bahkan lebih. Setiap orang tidak hanya punya satu akun online toh ? bisa berlipat lipat. Dari situ seharusnya kita sadar bahwa peluang mendapatkan pelanggan jauh lebih besar. 

Oke, kita main lokalan saja. Penduduk Indonesia ada 200 juta lebih, dan 200 juta orang ini masing-masing punya akun Google, dan pasti lebih dari satu. Sebagai gambaran saja, saya punya 4 akun google aktif dan 1 AppleID aktif. Satu akun google saja bisa jadi beberapa akun marketplace misal Tokopedia, Shopee, Bukalapak dimana masing-masing punya transaksi berbeda, nama berbeda tapi masih satu akun Google. Kalau 200 juta penduduk seperti itu, maka sudah ada berapa ratus juta penduduk Indonesia di dunia virtual ??
Kok ya masih ribut minta lapangan pekerjaan. Sumpah saya heran.

Pengangguran tidak selalu buruk

Stigma masyarakat mengenai pengangguran sudah terlalu mendarah daging di Indonesia lantaran pola pikir yang tidak berkembang. Jaman sekarang ini bahkan orang yang masih pelajar bisa membangun channel Youtube, Tiktok, Instagram atau Blogger dan mendapat penghasilan dari sana. Tentu dengan status tidak bekerja atau tidak tergabung dengan instansi dan perusahaan manapun.
Atau membuka toko online di marketplace, menjadi reseller ataupun dropship dimana tidak butuh modal untuk memulai semua itu.

Ok, katakanlah pakai modal yakni Handphone. Semua orang saya rasa sekarang sudah memiliki ponsel pintar, bahkan anak TK saja sudah punya ponsel sendiri. Itu bisa jadi modal toh ? Tinggal bagaimana caranya ia menggunakan kecerdasan ponsel pintarnya saja. 

Sebenarnya bukan menganggurnya yang buruk, melainkan si pola pikir pelaku penganggurannya yang menjadi penyebab kejadian baik ataupun buruk. 

Bekerja tidak selalu baik

Pola pikir orang Indonesia untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan masih menjadi topik utama dalam kehidupan masyarakat. Bahwa setelah lulus sekolah atau kuliah ya kerja, mendapat penghasilan dan kemudian menjadi mapan. 

Saya punya saudara yang bekerja pada salah satu perusahaan retail di Indonesia sejak tahun 2004. 
Setiap bulan ia mendapat penghasilan berkisar 5-7 juta dan itu sudah cukup untuk memenuhi kehidupan dan kebutuhan keluarganya. Dan memang hanya cukup untuk itu. 

Tahun 2018 saya mencoba untuk menasihati beliau supaya berhenti bekerja dan memulai usaha yang lain, kebetulan saya ada metode penghasilan yang lain untuk ia coba, namun beliau tidak mau. Semua itu karena ketakutannya kehilangan penghasilan yang selama ini ia dapatkan. 
Saya : Kenapa lu gak berhenti dan mencoba sesuatu yang baru ?
Sodara : Ya nanti biaya hidup darimana ? Trus mau ngapain ? Saya tidak bisa apa-apa.

Selain itu ada tekanan pula dari sisi keluarga bahwa penghasilan yang sudah ada ya jangan sampai hilang, dan memulai sesuatu yang baru belum tentu bisa menggantikan itu.

Betul, ini mindset yang kemudian dimiliki oleh pekerja/Karyawan bahwa mereka tidak akan berani keluar dari zona nyaman mereka dan itulah yang perusahaan mau. 

Ingat, perusahaan hanya bertanggung jawab terhadap kehidupan karyawan, tapi tidak dengan masa depannya. Justru mereka merenggutnya tanpa anda sadari.
Perusahaan cenderung menjanjikan jenjang karir dengan kurun waktu kerja tertentu dan itu pun masih ada kualifikasi dan promosi serta persaingan yang cukup berat. Yang otomatis, dengan terus-menerus bekerja ya sama halnya dengan gambling dengan masa depan sebagai taruhannya. 
Memang siapa yang tau bahwa dengan kerja selama 30 tahun kemudian bisa jadi direktur ? 

Tahun 2019 akhirnya saudara saya ini keluar dari perusahaan tempat dia hidup selama 15 tahun itu dan mulai menganggur.
Beberapa bulan kemudian ia beli mobil. Hasil dari menganggur.


Saya pun ada teman yang hingga saat ini masih bekerja pada satu perusahaan besar di tanah air. Beliau ini sempat ngobrol dengan saya beberapa waktu lalu. 
Kala itu kita membahas mengenai adiknya yang baru lulus sekolah. Adiknya ini sempat dekat dengan saya dan coba saya pengaruhi. Dan itu yang menyebabkan teman saya ini datang kerumah.

Sebelumnya saya sempat bilang ke adiknya, silahkan lu mau jadi seperti apa itu keputusan lu, lu bisa belajar dari gue atau belajar dari abang lu, itu semua mutlak pilihan lu.
"Saya diminta datang ke abang saya mas" katanya. 
"Mau dicariin kerjaan katanya", katanya lagi.
Oh ya silahkan , saya bilang.

Selang beberapa waktu, abangnya ini datang,
Beliau bilang, bahwa adiknya kan baru lulus sekolah, jadi dia harus nyari pengalaman dulu dengan bekerja di perusahaan, setidaknya biar dia tahu dunia kerja.
Dan saya jawab, Iya silahkan saya tidak memiliki tanggung jawab apapun terhadap adik anda dan itu urusan anda, saya cuma berpesan bahwa jangan jebak anak yang tidak tahu apa-apa.

Sudah berapa lama anda bekerja diperusahaan itu ? tanya saya.
Sudah 7 tahun, katanya.
Bisa keluar ? tanya saya lagi.
Beliau ini menjawab, Tidak.

Kenapa ? tanya saya lagi ?
Dan beliau menjawab, ya keluar terus mau ngapain ?

Iya itu, ketika adik anda sudah terlanjur masuk ke dunia kerja seperti anda, maka ia pun tidak akan pernah bisa keluar dari sana. Anda ingin menjebak adik anda untuk menjadi seperti anda ? saya bilang.
Iya itu memang keputusan anda untuk membimbing adik anda dan saya tidak punya hak dan tanggung jawab sedikitpun atas apa yang akan terjadi kepada adik anda, dan anda lebih tau bagaimana kondisi anda saat ini. Dan ngapain harus seolah ijin untuk membawa adiknya dari saya ? 
Dimana saya tidak peduli.

Jadi untuk anda yang membaca ini, silahkan dipikirkan. Pilihan mana yang akan anda ambil ?

Kesimpulan

Ini mutlak menurut saya, bahwa di jaman yang sudah sangat modern ini, pola pikir lama seharusnya sudah mulai diganti dan menyesuaikan dengan peradaban saat ini.
Dunia yang kita tempati sudah sangat luas saat ini, ada dunia virtual dimana disana ada begitu banyak transaksi keuangan terjadi, dan sudah seharusnya kita pun ambil bagian, tidak hanya sebagai pengguna saja melainkan pelaku transaksi tersebut dan mendapat keuntungan.
Kita tidak lagi hidup di jaman kolonial belanda yang mengharuskan kita diperbudak oleh kekuasaan. Sudah saatnya kita menguasai diri sendiri dan kehidupan kita.


Saya kira tulisan panjang ini saya cukupkan sampai disini karena bisa terlalu panjang dan saya tidak bisa berhenti menulis. Jika ada yang tidak bisa anda tangkap dari tulisan ini, silahkan dibaca kembali, mungkin ada beberapa typo yang membuat anda bingung, atau susunan kalimat yang terlalu ribet, anda bisa mencerna itu kembali.

Untuk anda yang membaca hingga baris ini, anda luar biasa dan saya ucapkan selamat serta terimakasih.
Jika ingin menyampaikan sesuatu, silahkan berikan tanggapan anda dengan klik Join Conversation button dibawah tulisan ini.
Akhir kata saya ucapkan pamit dan terimakasih.