Daripada Nanya Agama, Sebaiknya ganti dengan ini

Daripada Nanya Agama, Sebaiknya ganti dengan ini

Di Indonesia kita mengenal adanya 5 aturan utama dalam berbangsa dan benegara Indonesia yang lebih dikenal dengan Pancasila. Dan sila pertama diantaranya adalah ayat untuk memaksa sekaligus merenggut kebebasan manusia untuk berkeyakinan. 

Hey, sila pertama berisi tentang kebebasan beragama !

Sila pertama Pancasila, yaitu 'Ketuhanan yang Maha Esa' memiliki makna bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya, mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesama manusia Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.

Jika disikapi dengan benar, adanya kebebasan di Indonesia bukanlah kebabasan dalam masalah keyakinan atau beragama, melainkan kebabasan untuk memilih agama dan menjalankan ibadah agama, bukan memilih untuk beragama atau tidak. Sementara itu merupakan hak yang sebenarnya seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Sehingga kebebasan berkeyakinan sudah direnggut di sila pertama.

Mengapa ?

Dalam sila pertama disebutkan bahwa "Ketuhanan yang masa Esa" yang artinya setiap warga negara perlu memiliki dan percaya mengenai adanya Tuhan yang maha Esa. Sementara Tuhan hanya ada di dalam agama, yang artinya harus pula beragama. 

Itulah mengapa Atheis tidak diakui di Indonesia. Yang padahal kita juga perlu sadar bahwa tidak semua orang bahkan mengakui adanya Tuhan dan tidak perlu dipaksa untuk mengakui apalagi meyakini.

Oke sampai disini saja bahasan mengenai hal itu.


Bicara soal agama, di Indoesia khususnya hal itu merupakan suatu hal yang wajib dan harus ada, dan ya memang ini merupakan syarat untuk diakui kewarganegaraannya disini. Yang padahal tidak ada kaitannya sama sekali dengan kehidupan bernegara. Tapi yasudah.

Dan karena kewajiban itu, maka semua hal pasti tidak akan pernah luput dari keterkaitannya dengan agama, karena memang itu sudah sangat mendasar bahkan menjadi dasar negara. Yah kesitu lagi ... Ok cukup cukup cukup.

Ngomongin soal agama, saya juga bergama, setidaknya di KTP masih tercantum dengan jelas meskipun sudah sedikit pudar karena memang kualitas KTP Indonesia yang luar biasa keren, tapi itu masih ada disana. Sehingga secara resmi saya masih tercatat dalam satu golongan yang meskipun saya sendiri sebenarnya keberatan dengan adanya kolom agama yang masih tercantum di KTP. Kenapa ? Kembali lagi, hal itu bukan syarat dalam hidup bernegara menurut saya dan tidak perlu untuk dipajang dalam kartu identitas. Dan saya rasa banyak orang atau malah semua orang mengamini bahwa Agama merupakan urusan pribadi, bukan urusan birokrasi. Namun di Indonesia jadi urusan publik.

Jadi jangan kaget dan heran ketika mendadak ada orang-atau kenalan anda yang menanyakan agama anda. Dan untungnya di Indonesia hal itu masih bisa dimaklumi dan malah justru mungkin menjadi kebanggaan, jadi jangan khawatir di cap tidak sopan ketika menanyakan agama. Meskipun sebaiknya tidak perlu dibiasakan, dan saya rasa lebih baik sudah saatnya diganti pertanyaannya.

Di era yang serba modern dan instan ini, kehidupan sosial kita sudah tidak terbatas ruang dan waktu kan ya ? Dengan gampang kita sekarang berkenalan dengan puluhan hingga ratusan orang dalam sekejap melalui media sosial atau media internet lainnya. Sehingga dengan begitu, tentu kita sudah harus beradaptasi dengan orang-orang dari peradaban yang lebih maju dan mungkin punya pandangan atau hukum berbeda terkait masalah pribadi, misalnya mengenai agama itu tadi.

Jika di Indonesia menanyakan agama masih tergolong sopan dan wajar, belum tentu di negara lain pun begitu.

Saya pernah punya teman asal Australi. Kita sempat ngobrol panjang di Jogja kala itu, dan saling bertukar informasi mengenai kebiasaan apa yang dianggap normal oleh orang Indonesia dan Australi.

Dia mengaku kaget ketika disini peluk cium dianggap tidak sopan, dan masih harus membiasakan diri dengan budaya seperti itu.

Sebelumnya saya pernah dengar mengenai pertanyaan apa saja yang mungkin akan dianggap tidak sopan oleh budaya tertentu, sehingga pada obrolan kala itu saya sama sekali tidak menanyakan mengenai usia dan juga agama karena hal itu sangat sensitif menurut saya juga. Beigut juga kata Google.

Namun ditengah obrolan pun akhirnya saling ungkap saja dengan sebelumnya meminta ijin takut tidak sopan mengenai usia, namun tidak ada pertanyaan dengan agama. 

Lanjut mengobrol, dalam ceritanya ia bersama pasangan yang cukup patuh terhadap agama, akhirnya teman saya ini bilang bahwa ia sampai saat ini masih belum bisa memilih agama, msekipun ada indikasi ikut dengan pasangannya itu, namun tidak ingin dipaksa belajar katanya.

Jadi saat itu saya tahu bahwa ia belum beragama tanpa harus bertanya. Dan jujur saja, obrolan kita jadi lebih netral kala itu, karena tidak disangkutpautkan dengan hal-hal yang irrasional dan semua menjadi lebih terarah. Ok skip.

Saat ini masih sering sekali saya temukan di kolom komentar atau dimanapun itu yang menanyakan agama. Saya tidak tahu tujuannya apa sebenarnya menanyakan hal itu, apa yang ingin diketahui memang dari agama seseorang ? 

Mungkin dengan mengetahui agama seseorang kita jadi tahu batasan-batasan dalam bersosialisasi mungkin ya ?

Saya ada pengalaman kala itu di Jepang. Ketika kita sedang mengambil makanan beramai-ramai di salah satu resto, saya mengambil katakanlah syomai.

Tau tau salah seorang teman saya menegur, "Chi lu makan babi ?" 

Mendengar pertanyaan itu saya kaget dan balik nanya, mana babi ? Itu siomay babi, lu makan babi ? Begitu tanyanya lagi.

Saya langsung balikin siomay tersebut ke tempatnya lantaran memang tidak ada informasi mengenai isian dari makanan itu yang saya pikir wajarnya itu daging ayam.

Lanjut kita makan bersama kala itu, dan beberapa orang melihat ke arah saya, dan teman sekamar yang duduk di dekat saya kala itu, nanya "Lu muslim chi ?"

Mendengar pertanyaan seperti itu jujur saja membuat saya gugup, lanjut saya jawab "Keluarga gua muslim". 

Mungkin muncul pertanyaan begitu karena sikap saya yang langsung gugup dan mengembalikan siomay babi yang mengindikasikan saya tidak makan babi dan yang begitu biasanya muslim. 

Tapi mungkin si teman ini ragu juga mungkin karena tidak pernah lihat saya sholat ketika dikamar hotel. 

Menyikapi moment yang awkward begitu akhirnya saya beri sedikit penjelasan bahwa, "gua memang dari kecil gak makan babi, mungkin sudah jadi sugesti karena gua dapat dari ajaran gua sejak kecil, dan memang sampai saat ini gua gak pengin makan babi. Jadi bukan karena gua alim atau taat beragama".

Dan suasana masih tidak nyaman khuhsusnya untuk saya kala itu. Karena saya pikir ranah privasi saya sudah dimasuki tanpa ijin ? atau apa entah saya tidak nyaman dengan itu, apalagi kejadiannya di ranah publik.

Dan menurut saya, daripada menanyakan agama seseorang apalagi sampai menyebutkan salah satu agama yang seolah menghakimi seseorang, lebih baik jika ingin sekali dan perlu sekali menanyakan itu, ganti pertanyaannya, daripada bertanya "Agama anda apa ?", lebih baik tanyakan "apa anda beragama?".

Karena menurut saya meskipun di Indonesia kita diwajibkan untuk memilih salah satu dari agama yang sah, namun kita selalu punya pilihan untuk tidak memilih. Dan hal itu wajar di luar Indonesia.