Bully Dan Kenapa

Bully Dan Kenapa

 Secara pribadi sebetulnya saya bukan termasuk orang yang peduli dengan bully dan seluruh jajarannya yang belakangan atau mungkin sudah lama (kembali lagi saya tidak begitu peduli) sering menjadi topik bahasan yang tidak pernah berkesudahan. 

Sebetulnya apa itu Bully dan praktiknya ? 


Mungkin bullying ini sebetulnya sudah ada sedari lama dan masyarakat kita sudah terbiasa dengan kehidupan semacam itu yang selalu sering sekali kita temukan di lingkungan sosial tempat kita berada. Namun karena belakangan teknologi informasi begitu pesatnya berkembang dalam penyebaran informasi yang kemudian sering sekali ditemukan konten-konten viral membuat setiap masalah yang awalnya biasa saja menjadi topik yang heboh dan mengguncang. 

Dalam sebuah tulisan yang sama temukan di internet, sikap mengejek adalah merupakan tindakan bullying secara verbal yang artinya kita sudah mengalami semua hal itu sedari kita kecil dulu dimana saling ejek hampir terjadi setiap hari. Tidak peduli pada kaum yang dianggap lebih lemah maupun lebih kuat dari banyak aspek. Pokoknya mah saling ejek saja sudah. 

Dan biasa saja. Keseharian kita ya begitu. 

Kasus pemalakan di sekolah atau di gang sempit yang menelan banyak korban dari mulai siswa sekolah sampai orang yang lewat secara acak yang hampir terjadi setiap hari di berbagai penjuru Indonesia. Semua terasa wajar dan biasa saja. 

Bahkan dalam ranah pemerintahan pun saling ejek sudah menjadi hal biasa yang bahkan bisa menjadi bahan tertawaan secara umum. 

Sikap dominasi dari beberapa siswa yang memiliki pengaruh di sekolah terhadap siswa yang biasa saja secara acak maupun siswa spesifik dengan background tertentu sudah setiap hari kita temukan dan semua terasa biasa saja. Dari semua teman sekolah yang saya kenal dulu, tidak ada satupun yang berakhir tragis ataupun mengenaskan yang masih dikaitkan dengan apa yang mereka alami di sekolah dan mungkin lingkungan. 

Saya pribadi pun jika meng-klaim sebagai korban bully tentu saja bisa karena apa yang saya alami di masa kecil yang tidak selalu menyenangkan dan tidak luput dari berbagai ejekan dari beragam pihak. Dan tidak ada yang berakibat mengerikan dalam hidup saya. 

Ini bukan berarti saya mendukung tindakan bully entah dalam sudut pandang manapun, hanya saja sepertinya sebagai masyarakat Indonesia hal seperti itu bukan merupakan hal yang mengejutkan ditengah sikap sosial kita yang memang seperti ini sedari jaman dulu. 

Segimana mudahnya seseorang berkata kasar di ranah publik yang memang sudah menjadi kebiasaan kita bukan sesuatu yang mengejutkan. 

Apa itu kemudian bisa dirubah ? Mungkin iya mungkin juga tidak. 

Karena memang bully itu sangat luas maknanya. Ketika dominasi sosial saja sudah bisa disebut bully, maka kemudian arti dari bully sendiri tidak terbatas tergantung dari cara kita atau mata sosial menanggapi perihal itu. 

Dan jika begitu, maka tidak ada cara untuk menghentikan aksi bully. 

Dan jika kita kembalikan ke diri pribadi kita masing-masing, maka yang terpenting disini bukan lagi bully nya, melainkan bagaimana kita menentukan sikap dan dengan landasan apa kita berpikir

Itu yang mutlak menjadi kontrol kita dan bisa kita kendalikan, bukan bagaimana sosial itu bekerja dan bagaimana pihak lain mendominasi pihak yang lebih lemah. 

Satu pertanyaan untuk kita masing-masing

Pernahkah kita melecehkan diri kita sendiri atau menganggap buruk diri kita sendiri ? 

Bagaimana pikiran itu muncul dan mengapa kita melakukannya, ini yang perlu kita cermati juga bagaimana kemudian kita membully diri sendiri semisal di depan cermin atau di moment tertentu, bahkan tidak jarang dilakukan di depan umum. 

Misal “Ya saya mah apa atuh ?”, “Saya mah rakyat kecil” … apa itu bukan melecehkan diri sendiri ? 

Jika jawaban kita adalah “Ya itu kan memang apa adanya kita”… berarti itu bukan pelecehan ataupun bully dong ?

Dan jika pihak lain melihat kita sebagaimana kita beranggapan atau menilai diri kita dan memperlakukan kita sebagaimana mestinya, apakah itu menjadi bentuk bully ? Kan memang seperti itu adanya kita ? 

Ketika kita miskin lemah dan tidak berdaya dan kemudian pihak lain melihat hal tersebut dan mendominasi dengan ucapannya yang terkesan merendahkan, apa kemudian pihak lain melakukan bully sementara kita sendiri mengiyakan hal tersebut bahwa memang kita miskin lemah dan tidak berdaya ? 

Jadi disini yang dimaksud bully seperti apa ? 

Apakah jika kita dinilai dengan salah oleh pihak lain dan kita membalas, kemudian dianggap sebagai bully ? Tidak. Tapi berantem.